Sabtu, 24 April 2010

ORGANISASI PROFESI PUSTAKAWAN

     Ada beberapa organisasi profesi dan berbagai badan yang berminat terhadap Profesi pustakawan, seperti :
  1. American Library Association
ALA didirikan pada tanggal 6 Oktober 1876 di Phildelpia AS, yang terbentuk setelah adanya konferensi pustakawan yang juga dihadiri oleh Melvil Dewey. Organisasi tersebut merupakan organisasi perpustakaan tertua dan terbesar di dunia yang beranggotakan sekitar 35.000 anggota yang terdiri dari 30.000 anggota dan 5.000 anggota badan korporasi. ALA berkantor di Chicago, Illinois dan mempunyai staf sebanyak 275 orang.
Pengurus besar ALA sebanyak 150 orang yang mengadakan rapat dua kali dalam setahun, serta ada pertemuan dewan eksekutif yang dilaksanakan 4 kali dalam setahun, kadang-kadang lebih.
        Sumber keuangan ALA didapat dari iuran anggota, penjualan terbitan ALA serta sumbangan beberapa yayasan. ALA terbagai atas 56 cabang (chapters) serta 13 divisi sesuai dengan kebutuhan pustakawan dan jasa perpustakaan. Divisi yang ada ialah Children Service Division, Library Administration Division, Young Adult Service Division. Divisi dan komisi yang dibentuk bertugas melaksanakan lebih lanjut program ALA, seperti menyusun  panduan pengkatalogan, jasa referensi, melakukan seminar dan pendidikan berkelanjutan bagi pustakawan.
Majalah resmi ALA berjudul American Libraries (tahun 1907-1969 berjudul ALA Bulettin) yang terbit 11 kali setahun dan dibagikan cuma-cuma untuk anggotanya, selain majalah ALA juga menerbitkan buku dan laporan yang penting bagi bagi pustakawan dan pimpinan perpustakaan.
Di AS ada beberapa organisasi pustakawan menurut negara bagian, seperti Ohio Library Association, organisasi pustakawan di negara bagian terpisah dari ALA dan setiap organisasi memiliki Ketua dan komisi masing-masing yang menyelenggarakan pertemuan tahunan dan pertemuan berkaitan dengan profesi, juga menerbitkan majalah. Disamping itu juga ada organisasi menurut pembagian wilayah AS, misalnya South East Regional Library Association  dll. Disamping itu masih ada organisasi menurut minat dan kegiatan tertentu

  1. Library Association
Library Association (LA) merupakan organisasi pustakawan Inggris, berdiri tahun 1877 bermarkas di London, selama berlangsungnya International Library Conference di London. Pada tahun 1898 LA memperoleh Royal Charter yang merupakan pengakuan pemerintah Inggris terhadap oraganisasi tersebut. Pada tahun-tahun pertama berdirinya LA menghadapi banyak kesulitan, hal yang sama terjadi pada tahun 1920an.
            Tahun 1910 LA mendapat berbagai bantuan Carnegie United Kingdom Trust. Tahun 1931 Carnegie Trust menawarkan bantuan keuangan untuk mendirikan markas besar, kemudian pada tahun 1965 markas besar LA pindah ke bagian barat London (gedung lama diambil alih oleh University of London).
Pada awalnya hanya sedikit pustakawan yang mau menjadi anggota LA, hal tesebut karena minimnya bantuan pemerintah bagi perpustakaan. Tahun 1880 LA hanya mempunyai 240 anggota, tahun1930 menjadi 2.800 anggota terjadi peningkatan jumlah pada tahun 1948 menjadi 7.700 anggota, tahun 1954 naik menjadi 11.l800; tahun 1963 meningkat menjadi 15.000, tahun 1976 menjadi 23.000, kemudian pad tahun 1988 menjadi 35.000 anngota

Kegiatan LA
Mula-mula menyelenggarakan pendidikan pustakawan dan lulusanya mendapat ijazah dari LA, dan pada tahun 1970an kegiatan tersebut dihentikan karena sudah ada berbagai sekolah perpustakaan yang menghasilkan lulusan sesuai dengan standar LA.
LA giat menyelenggarakan penataran, kursus penyegar, pendidikan berkesinambungan agar pustakawan praktisi tetap mampu mengikuti perkembangan dalam bidang masing-masing.

Chartered Librarian
Fungsi LA lainnya membuat direktori pustakawan terdaftar yang disebut Chartered Librarian pustakawan yang terdaftar pada LA, menyelenggarakan konres nasional tiap tahun, serta melaksanakan konferensi, lokakarya,seminar dan sejenisnya.
Di Inggris seorang pustakawan harus terdaftar pada LA, hal tersebut diperlukan karena jika perpustakaan  menerima calon pegawai mensyaratkan seseorang terdaftar pada LA → Jika seorang tidak terdaftar pada LA maka dia bukanlah seorang Chartered Librarian. Hal ini membuat sulit mencari pekerjaan, hal tersbut juga diberlakukan di Kenya. Di Indonesia sekarang ini seorang pustakawan baru menyatakan dirinya sebagai tenaga fungsional atau bukan.
LA juga memberikan berbagai hadiah dan piala seperti Kate Greenway Medal, Carnegie Medal, Bestermann Medal yang diberikan kepada bibliografi yang terbaiks setiap tahun.

Terbitan LA
Library Association Record, Journal of Librarianship, Library Association Year Book, British Technology Index, British Humanity Index, Radials Bulletin, Library and Information Abstract (LISA).

  1. ASLIB
Association of Special Libraries and Information Bureaux (berdiri tahun 1924) merupakan cermin dari kekuatan peranan pustakawan khusus, yang bermarkas di London.
Sebab-sebab berdirinya ASLIB
*       LA dirasa terlalu bersifat perpustakaan umum
*   LA dirasa kurang mampu menampung aspirasi pustakawan yang bekerja pda perpustakaan khusus.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pustakawan yang bekerja pada perpustakaan khusus, industri danlembaga penelitian mendirikan ASLIB.

Anngota
Anggota ASLIB saat ini berjumlah 5000 anggota, nemun lebih dari tiga perempatnya adalah lembaga atau perpustakaan, sedangkan anggota perorangan merupakan minoritas.

Terbitan ASLIB
*       ASLIB Directory
*       Journal of Documentation
*       ASLIB Proceeding
*   Handbook of Special Librarianship and Information Work (edisi 5 terbit tahun 1984 untuk pustakawan khusus.
ASLIB bekerja sama dengan LA, Institute of Information Scientist dan Society of Archivist dalam memperjuangkan tenaga yang bergerak dalam bidang informasi.
Pada tahun 1950 ASLIB dan LA menerbitkan British National Bibliography dan Katalog Induk majalah berjudul Union Cataloque of Periodicals.
  1. IFLA
Berdiri pada tahun 1927 dengan markas besarnya di Den Haag belanda, angggota IFLA terbatas pada organisasi pustakawan dan perpustakaan tidak menerima anggota perorangan. Pada mulanya IFLA merupakan kepanjangan dari International Federationof Library Association diubah menjadi International Federation of Library Association and Institution.
Di dalam IFLA terdapat komisi dan seksi seperti :
*       Library School, National and University Libraries, Public Libraries dan Special Libraries.
Sub seksi :
Ø  University Libraries
Ø  Library Work With Children
Ø  Libraries in Hospital
Ø  Social Science Libraries
Ø  INTAMEL (International Association of Metropolitan Cities Libraries).
*       Komisi yang ada pada IFLA disibut committee
Ø  Committee on Bibliography
Ø  Cataloguiong
Ø  Echange of Publication
Ø  Library Building
Ø  Official Publication
Ø  Statistics and Standards.
Disamping itu masih ada kelompok kerja yang disebut Working Groups yang dibagai menjadi dua kelompok yaitu kelompok bahas Inggris dan kelompok bahasa Perancis. (contoh yang ada Working Groups on Developing Countries).
           
Keanggotaan IFLA
Terbatas pada organisasi pustakawan, perpustakaan, sekolah perpustakaan serta lembaga lain (dikelompokan sebagai Associate Member). Saat ini  angggota IFLA sekitar 240 anggota penuh dan 1000 Associate Member.
IFLA giat dalam kegiatan kepustakawanan (misal dalam bidang pengkatalogan, standar perpustakaan, statistik serta topik lain yang berkaitan). Disamping itu IFLA juga menerbitkan IFLA Annual, IFLA Journal (terbit setahun empat kali).

  1. IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA
Perhimpunan Memajukan Ilmu Perpustakaan
Pada awal Abad 20 permerintah Hindi Belanda aktif membuka sekolah untuk kaum bumiputera sesuai dengan kegiatan politik etis. Pada saat itu belum ada pendidikan gru khusus untuk sekolah tingkat menengah, maka didatangkan guru-guru dari negeri Belanda, ini membawa serta konsep perpustakaan sekolah. Mereka juga melihat kalau di belanda ada organisasi pustakawan belanda, mengapa di Hindi Belanda (sekarang Indonesia) tidak ada. Beberapa guru yang mengajar sekolah menengah di jakarta mulai mengambil prakarsa untuk mendirikan organisasi pustakwan. Kemudian pada tahun 1916 di Batavia, berdirilah Vereeniging tot Boverdering van het Bibliothekwezen (Perhimpunan Memajukan Ilmu Perpustakaan). Perhimpunan tersebut mempunyai beberapa tujuan, yakni :
a.     Memejukan berdinya perpustakaan baru dan perpustakaan rakyat/umum (Openbare bibliotheken) yang telah ada, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat umum
b.    Memajukan usaha sentralisasi perpustakaan.
c.     Mengusahakan pinjam antar perpustakaan di Hindia belanda.
d.    Memajukan lalu lintas pertukaran dan peminjaman bahan perpustakaan di dunia internasional.
e.     Mengumpulkan dan memajukan sumber referens serta tugas rujukan.
f.     Mendirikan Biro penerangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan dokumentasi.
g.    Mendirikan gedung untuk perpustakaan umum (Openbare bibliotheken).
h.     Serta usaha sah lainya yang dapat membantu tercapainya usaha tersebut di atas.
Gagasan untuk pinjam antar perpustakaan yang sudah diusahakan sejak masa Hindia Belanda, sampai kin hal tersbut belum dapat berjalan sepenuhnya.
Pada awalnya roda organisasi berjalan dengan lancar, perhimpunan tersebut bahkan pernah merayakan ulang tahun ke lima pada 1921. Setelah itu tidak ada lagi kegiatan organisasi pustakawan. Pada masa penjajahan jepang praktis tidak ada lagi kegiatan kepustakawanan, karena orang-orang Belanda yang bekerja di perpustakaan dimasukkan ke tahanan. Pada masa itu kegaiatn yang ada pada perpustakaan Ika Daigaku (Sekolah kedokteran).
            Setelah proklamasi kemerdekaan 1945, pada bulan 1948 beberapa pustakawan di Jakarta melakukan pertemuan secara informal dan terbentuklah Stoediegroep van Bibliotheekbelangen dengan tujuan mengembangkan ilmu perpustakaan, kerjasama perpustakaan serta menyusun berbagai pedoman kerja. Kelompok studi tersebut tidak dapat menampung lagi aspirasi pustakawan, maka pada tanggal 9 April 1949 berdiril organisasi pustakawan dengan nama Vereeneging van Bibliothecaresen van Indonesie. Salah seorang pengurusnya kemudian aktif di FID (Federation International de Documentation) di negeri Belanda. Kemudian organisasi tersebut sampai dengan tidak ada kabarnya, sehingga samapi dengan awal  tahun 1950an tidak ada organisasi pustakawan.
            Beberapa pustakawan yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri, setelah pulang ke Indonesia membentuk organisasi pustakawan walaupun sifatnya masih lokal, diantaranya Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API) berdiri di Jakarta pada tahun 1953; Perhimpunan Ahli Perpustakaan di Yogyakarta dan Bogor.

PAPSI (Perhimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia)
Berdiri pada tanggal 25 Maret 1954, pada saat penyelenggaraan Konferensi Perpustakaan Seluruh Indonesia, ditunjuk sebagai Ketua Rustam Sutan Palindih dan Ketua II Raden Patah dari Perpustakaan Negara Semarang. Tujuan didirikannya PAPSI, a.l. :
1.     Mempertinggi pengetahuan Ilmu perpustakaan mempertinggi derjat anggotanya.
2.     Menanam rasa cinta terhadap perpustakaan dan buku kepada umum.

PAPADI (Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia).
Kongres pertama PAPSI tanggal 5 s.d. 7 April 1956 memutuskan nama organisasi tersebut menjadi Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia, susunan pengurusnya sama dengan PAPSI. PAPADI menyelenggarakan Kongres pertama di Jakarta pada tanggal 19 s.d. 22 Oktober 1957.
Pasal 2 Anggaran Dasar PAPADI menyatakan :
1.     Mempertinggi pengetahuan tentang Ilmu Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi dan ilmu-ilmu lain yang bersangkutan;
2.     Memperluas dan menanam pengertian terhadap perpustakaan, arsip dan dokumentasi.
3.     membela kepentingan dan mempertinggi derajat para anggota.

APADI
            Anggota PAPADI yang tersebar di kota Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Medan serta berbagai kota di Indonesia Timur dan Sunda Kecil (sekarang Nusa Tenggara). Tanggal 12 Juli 1962 dilaksanakan pertemuan antar cabang di Jakarta, pada saat itu disepakai perubahan nama menjadi Asosiasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (APADI).
            Dalam Anggaran dasar APADI pasal 3, dintakan bahwa tujuan asosiasi sbb. :
1.     Mengusahakan agar tercapai kesempurnaan sistem dan isi perpustakaan, arsip dan dokumentasi;
2.     mempertinggi pengetahuan tentang ilmu perpustakaan, arsi dan dokumentasi dan ilmu-ilmu lain yang bersangkutan.
3.     memperbanyak dan menanam pengertian terhadap perpustakaan, arsip dan dokumentasi.
4.     mempertinggi derajat para anggota.
Cabang APADI : Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Makasar, Manado, Denpasar, Mataram dan Kupang.

HPCI
            Karena kekosongan kegiatan APADI, dan tersedianya anggaran untuk perpustakaan menyebabkan beberapa pustakawan yang  bekerja pada perpustakaan khusus mengambil inisiatif mendirikan organisasi pustakawan yang mampu menampung aspirasi pustakawan perpustakaan khusus. Pada tanggal 5 Desember 1969 di Jakarta beridiri Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia.  Tujuan HPCI dalam pasal 2 Anggaran Dasar :
1.     Membina perkembangan perpustakaan khusus di Indonesia.
2.     Memupuk hubungan antar anggota.
Kegiatan yang dilakukan mencakup diskusi ilmiah, ceramah serta menerbitkan Majalah Himpunan Pustakawan Khusus Indonesia.
            Samapai dengan bulan Desember 1972 tercatat 102  anggota HPCI yang terdiri dari  72 anggota perorangan, 25 anggota badan/lembaga dalam negeri serta 16 anggota khusus dari luar negeri. Dengan membaiknya kondisi ekonomi pada masa orde baru, mulai tahun 1969 perpustakaan memperoleh anggaran, baik anggaran rutin maupun anggaran pembangunan. Hal tersebut memacu kegiatan perpustakaan, kemudian berimbas munculnya berbagai kegiatan profesional di berbagai daerah. Pada masa tersebut timbul beberapa organisasi pustakawan, seperti Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia, Himpunan Pustakwan Daerah Istimewa Yogyakarta, Ikatan Pustakawan Perguruan Tinggi se-Jawa Tengah, Ikatan Pustakawan Kelurahan DKI Jakarta, Ikatan Pustakawan Pesantren. Oraganisasi tersebut muncul karena banyak pustakwan yang belum merasakan kegiatan APADI.

IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia)
            Adanya berbagai oraganisasi pustakawan tidak selalu berdampak baik bagi profesi pustakawan, maka beberapa pustakawan mulai mengadakan penjajagan pembentukan organisasi  porofesi yang bertaraf nasional. Pada bulan Januari 1973 di adakan pertemuan penjajagan di Bandung, yang dihadiri oleh sisa Pengurus Besar APDI Pusat, APADI Cabang Jakarta, Bogor, Bandung, Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia serta Himpunan Pustakawan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pertemuan itu dihasilkan kesepakatan untuk melangsungkan Kongres Pustakwan se-Indonesia. Kongres tersebut dilaksanakan tanggal 5 s.d. 7 Juli 1973. Hasil Kongres ialah peleburan berbagai organisasi pustakawan menjadi satu wadah tunggal Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Dengan tujuan yang tertuang dalam pasal 5 Anggaran Dasar IPI, sbb. :
1.     Menghimpun, menampung, serta menyalurkan aspirasi dan kreasi dari mereka yang berprofesi dalam ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lainnya yng berkaitan dan atau bekerja dalam bermacam-macam jenis perpustakaan atau badan-bdan lain yang ruang lingkungannya berkaitan dengan perpustakaan.
2.     Mengusahakan mereka yang termasuk dalam pasal 5 ayat 1 Anggaran Dasar ini pada tempat yang semestinya di dalam masyarakat.
3.     Meningkatkan, mengembangkan dan mengamalkan ilmu perpustakaan demi kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan serta kesejahteraan masyarakat.
4.     Menempatkan ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lainnya yang berkaitan pada tempat yang semestinya di antara ilmu pengetahuan.
Dalam salah satu pertemuan diadakan diskusi panel tentang kepustakwanan dan pembahasan tentang keilmuan ilmu perpustakaan, hal tersebut mendapat perhatian besar dari kalangan pustakawan karena untuk pertama kalinya IPI membahas tentang Ilmu Perpustakaan.
(Sumber : Pengantar Ilmu Perpustakaan oleh Sulistyo-Basuki).
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN PERPUSTAKAAN

by Djoko Prasetyo Komunikasi bukanlah suatu yang dapat diabaikan oleh perpustakaan, segala hal tentang organisasi, jasa layanan, staf,...